Sabtu, 15 Agustus 2015

Bond of Friendship

Ah, sudah lama aku gak buat cerpen. Dan sekarang, aku kembali membuat cerpen lagi~ >< Haha, thanks to Kiki-chan yang sudah minta tolong ke aku buat bantuin bikin cerpen tema persahabatan, jadi semangatku membuat cerpen/FF bangkit lagi~! ^^ Sebenarnya masih banyak FF & Cerpen lain yang kubuat selain yang ini. Tapi... entahlah, aku lagi males posting~ u,u Kapan-kapan deh, aku posting~ >w^

Oh iya, FF ini terinspirasi dari kisah nyata. Bahkan sebagian besar adegan pernah kualami bersama para sahabatku tersayang. Wkwk :'v Sebenarnya aku jarang sekali menggunakan nama western sebagai tokoh dalam ceritaku. Jadi, yah, cerpen ini agak menjurus ke FF karena aku make nama para idol disana, wkwk. Terus, anggep aja mereka semua disini seumuran dan masih pada sekolah ya~ XD

Okelah mending langsung baca aja. Maklumi saja kalau FFnya masih kurang bagus, soalnya ini bikinnya ngebut. Cuman 3 jam, sudah termasuk masak makan siang dan sholat ashar~ ><  Jangan lupa kritik dan sarannya ya~ '-')/

***

Tittle : Bond of Friendship
Cast :
  1. Lee Yejin / Amy Lee a.k.a Ailee
  2. Song Juhee a.k.a Hello Venus' Alice
  3. Bae Joohyun a.k.a Red Velvet's Irene
  4. Shannon Arrum Williams
  5. Cheon Jaein a.k.a The Ark's Jane
  6. Mark Yi-En Tuan a.k.a GOT7's Mark
  7. Wu Yi Fan a.k.a Kris
  8. Woo Sunghyun a.k.a U-Kiss' Kevin
  9. Jang Hanbyul a.k.a LED Apple's Jason
  10. Kim Hyun-il a.k.a C-Clown's Ray
  11. Eric Nam
  12. Ahn Hyojin a.k.a EXID's LE (Elly)
  13. Jennie Kim a.k.a Pink Punk's Jennie
  14. Hong Jisoo a.k.a Seventeen's Joshua
  15. Lee Byunghun a.k.a Teen Top's L.Joe



                               Matahari memancarkan sinarnya dengan hangat, tak begitu terik. Udara pagi pun masih sejuk terasa, menyapa tiap-tiap yang dilewatinya. Burung-burung berkicau diantara hijau pepohonan menghasilkan simfoni indah yang menyertai semangat pagi. Pagi itu, tak seperti biasanya, Amy sudah terlihat tengah berjalan menuju kelasnya. Biasanya, gadis tomboy itu datang agak lebih siang walaupun rumahnya terbilang cukup dekat dengan sekolahnya.

“AMYYYYYY !” teriakan itu tiba-tiba terdengar ketika Shannon, sahabat Amy menangkap sosoknya dari kejauhan seraya melambaikan tangannya. Amy yang merasa terpanggil lantas tersenyum dan mempercepat langkahnya. Amy memang tersenyum mendengar teriakan itu, namun tidak dengan gadis lain yang ada di sebelah kanan Shannon. Gadis itu, Jane, membulatkan matanya kesal atas tingkah Shannon.

                “Kalau ingin berteriak jangan dekat-dekat telinga orang lain. Lama-lama aku bisa tuli jika kau terus berteriak” ujar Jane kesal dengan tangan masih menutupi telinganya.

                Shannon yang ditegur hanya menatap Jane lalu memamerkan cengiran lebarnya. Sedangkan gadis yang ada disebelah kiri Jane, Alice hanya terkekeh melihat kelakuan dua temannya. Ia sudah biasa menyaksikan pemandangan seperti ini. Tak perlu khawatir, walaupun sering terlibat pertengkaran-pertengkaran kecil, Shannon dan Jane tak butuh waktu lama untuk kembali berbaikan.

                Amy telah sampai di hadapan para sahabatnya. Nafasnya agak memburu karena ia sebelumnya sedikit berlari, namun senyum tetap tak lepas dari wajahnya. Ia memang merasa sedikit lelah, namun ia tetap bahagia karena masih dapat berjumpa dengan para sahabat dekatnya.

                “Hey. Tumben datang pagi. Biasanya kau datang sesaat sebelum gerbang ditutup”, gurau Alice seraya merangkul pundak Amy.

                Amy menyingkirkan tangan Alice dari pundaknya. “Entahlah, hanya sedang ingin datang pagi saja”, jawabnya acuh tak acuh. “Omong-omong, mana Irene ?” tanyanya seraya mengedarkan pandangannya mencari sosok bernama Irene

                “Ada di dalam kelas, belajar bersama Mark” jawab Shannon seraya mengarahkan telunjuknya ke dalam kelas.

                “Ah, begitu rupanya” Amy menganggukkan kepalanya tanda mengerti. “Kalian tidak ikut belajar ?” tanya Amy seraya menaikkan sebelah alisnya.

                “Kami menunggumu. Penjelasanmu jauh lebih mudah dipahami dibandingkan penjelasan Mark” jelas Alice yang kemudian disambut dengan anggukan kepala Jane dan Shannon.

                “Eh ? Jadi kalian minta aku yang mengajari ?” selidik Amy.

                “Begitulah. Lagipula, kau pandai dalam Sains. Jadi apa salahnya mengajari kami ? Kau mau ‘kan ?” pinta Alice dengan mata berbinar-binar.

                “Tsk, nilai ujian Sains-mu minggu lalu bahkan lebih tinggi dariku, Lice” decak Amy.

                “Ayolah, Amy. Kita ini ‘kan teman, sudah seharusnya kita saling membantu” kini Shannon yang angkat suara seraya menampakkan wajah memelasnya berusaha membujuk Amy.

                Amy memutar bola matanya lalu menghela nafas panjang. “Baiklah, aku akan menaruh tasku dulu. Setelah itu kita belajar bersama” ujar Amy dengan senyum tipisnya.

                “Oke. Kita belajar di taman belakang dan ajak yang lainnya juga. Aku akan mengambil bukuku terlebih dahulu” ujar Jane bersemangat dan bersiap untuk melangkah pergi. Namun, lengannya ditahan oleh Amy. Sedangkan Alice dan Shannon telah lenyap entah kemana –mungkin mengambil buku pelajaran mereka seperti yang dikatakan Jane sebelumnya.

“Taman belakang sekolah ? Tidak takut kalau nanti kita terlalu asyik sampai tak mendengar bel masuk ?” tanya Amy heran.

“Ah, iya ! Aku lupa memberitahumu tadi malam. Hari ini para guru kelas tiga mengadakan rapat dan sekaligus membuat soal untuk uji coba ujian akhir kita nanti. Ada gosip yang mengatakan sebenarnya hari ini kita diliburkan. Tapi entahlah, aku tak begitu yakin, jadi aku memilih masuk hari ini. Toh, kalaupun hari ini ternyata belajar seperti biasanya dan nanti kita terambat masuk kelas, itu ‘kan karena kita belajar bersama. Para guru pasti akan memberi toleransi” jelas Jane panjang lebar yang kemudian hanya dibalas dengan ‘Oh’ oleh Amy.

“Kalau begitu sampai jumpa di taman. Jangan terlambat. Aku tak suka menunggu. Bye” pungkas Jane cepat lalu berlari menuju kelasnya mengambil beberapa buku pelajaran. Begitupun Amy yang segera menuju kelasnya agar tak terlambat sampai di taman. Ia tahu benar Jane sangat benci menunggu. Bisa-bisa ia mendapat siraman rohani mendadak dari Jane.

                Beberapa bulan belakangan ini, belajar bersama memang rutinitas mereka. Para sahabat ini berusaha keras agar bisa mencapai nilai yang baik pada ujian akhir tahun ini. Sesekali mereka hang out bersama untuk refreshing, walaupun sebenarnya mereka tak benar-benar perlu refreshing. Tengok saja cara belajar mereka, penuh canda-tawa namun tetap tak mengabaikan poin-poin penting dari yang mereka pelajari.

***

                Mereka semua kini telah berkumpul di sebuah tempat dengan lingkungan yang asri –taman belakang sekolah dengan membuka bukunya masing-masing. Tidak semua sebenarnya, karena Mark dan Alice sama sekali tidak membawa buku mereka. Justru mereka menumpang buku orang lain, Alice kepada Shannon, dan Mark kepada Irene.

                “Ah, aku lapar” keluh Alice tiba-tiba. Ia kemudian menatap sekelilingnya dan menemukan tatapan tajam dari mata para sahabatnya mengarah kepadanya. Alice memperbaiki posisi duduknya lalu balas menatap mereka dengan tatapan heran.

                “Apanya yang salah dari ucapanku ?” tanyanya menuntut.

                “Tidak ada. Hanya memastikan saja, apakah kau benar-benar lapar atau hanya ingin kabur dari deretan angka-angka itu” ujar Kevin lalu terkekeh pelan.

                “Yah, kedua hipotesamu benar sebenar-benarnya” ujar Alice seraya menutup buku Fisikanya. Ia kemudian berdiri. “Ada yang ikut denganku ?” tanyanya sembari menatap orang-orang yang ada disana.

                “Aku ikut” jawab Jane seraya berdiri.

                “Aku juga, deh” Mark ikut berdiri.

                “Kalau begitu aku juga ikut” Amy menyahut dan ikut berdiri. Begitupun Jason dan Kris.

                “H-hey. Kita disini untuk belajar ‘kan ?” interupsi Shannon ketika satu persatu dari mereka  mulai berdiri.

                “Ayolah, Shan. Kau belajar terlalu keras. Uji coba sebelumnya penyakit maag mu kambuh karena lupa makan” Irene angkat bicara.

                “Tapi...”

                Belum sempat Shannon melanjutkan kalimatnya. Amy menyela “Ayo makan dulu. Setelah ini kita belajar lagi, aku tak mau kau melupakan kesehatanmu karena sibuk belajar” ujarnya seraya menutup buku Shannon dan menyingkirkannya ke pinggir bersama buku-buku lainnya.

                “Baiklah...” pasrah Shannon lalu berdiri dengan sedikit tarikan di tangan dari Alice.

                Merekapun berjalan menuju cafetaria dengan tak lupa melayangkan beberapa lelucon yang menyebabkan gelak tawa lepas dari bibir mereka. Mereka benar-benar ramai. Selain karena memang suka bercanda, anggota mereka banyak ! Amy, Alice, Irene, Shannon, Jane, Kevin, Jason, Mark dan Kris. Total ada sembilan orang. Belum lagi jika ditambah Ray dan Eric. Beruntung, saat ini mereka sedang mengajari junior yang akan mengikuti olimpiade matematika –yah, mereka memang sangat pintar. Jika tidak, mungkin gerombolan ini akan lebih ramai lagi.

                “Hey ! Kalian mau ke cafetaria ?” suara seorang gadis menginterupsi candaan mereka. Orang-orang yang berada di gerombolan itu serentak berhenti bercanda dan menoleh ke belakang. Dihadapan mereka kini berdiri Jennie, Elly, Joshua dan Joe.

                “Ah, iya. Mau ikut bersama kami ?” tawar Amy kepada gadis yang bertanya tadi, Jennie.

                “Tentu” sahut Joe seraya bergabung dengan Amy dan teman-temannya. Begitupun Jennie, Elly dan Joshua.

                Walaupun sering bersama, Amy dan sahabat-sahabatnya tetap bersifat terbuka terhadap murid lain. Itulah yang menyebabkan mereka tak mendapat kebencian walaupun kadang terlihat seperti sebuah geng. Setibanya mereka di depan cafetaria, terlihat beberapa junior menyingkir memberi jalan kepada mereka –karena jumlah anggota mereka yang banyak dan semakin banyak karena bergabungnya Jennie dan teman-temannya. Joshua yang paling depan merasa agak tidak enak terhadap para juniornya.

                “Jangan segan. Kami hanya akan memesan beberapa makanan dan minuman lalu pergi” ujar Joshua seraya tersenyum dan melambaikan tangannya kepada para juniornya.

                “Don’t flirting, Josh” sentak Elly seraya meninju bahu Joshua dengan keras.

                “Ah, itu sakit, El !” Joshua meringis seraya mengusap-usap bahunya dengan ekspresi berlebihan.

                “Berlebihan sekali” desis Kris lalu berjalan melewati Joshua yang masih meringis kesakitan akibat tinjuan Elly tadi.

                “H-hey ! Tunggu aku !” teriak Joshua begitu menyadari bahwa anak-anak yang lain telah berjalan melewatinya ketika ia terlalu sibuk dengan bahunya yang sakit. Ia pun segera mengejar gerombolan anak-anak itu.

                Kini mereka semua telah memesan makanan dan duduk di sebuah meja panjang dengan tujuh kursi di kedua sisinya, kecuali Joshua dan Alice. Mereka berdua masih megantri untuk memesan makanan.

                “Biar aku yang bayar” ucap Joshua seraya menahan lengan Alice yang hendak membayar pesanannya. Ia langsung mengambil dompetnya lalu membayar sebelum Alice sempat membuka mulutnya untuk menolaknya.

                “Ayo, Lice. Teman yang lain sudah menunggu. Kau juga menghambat antrian” tegur Joshua pada Alice yang masih terdiam atas perlakuan Joshua. Alice langsung tersadar dan menyusul Joshua yang sudah berada agak jauh di depannya

                “Apa maumu sekarang ?” cecar Alice sambil menaruh mangkuk supnya dan duduk dihadapan Joshua.

                “Apa maksudmu ? Aku bahkan baru tiba disini” balas Joshua heran.

                “Kau mentraktirku pasti ada maunya ‘kan ?” tanya Alice penuh selidik.

                Joshua memamerkan cengirannya. “Kau memang yang paling mengerti aku, Lice. Baiklah, sebenarnya aku ingin minta diajari Matematika. Ada beberapa materi yang tak aku mengerti” kata Joshua jujur.

                “Kalau begitu datang saja ke taman belakang sehabis makan, aku dan anak-anak lain belajar disana” jawab Alice lalu menyuapkan sesendok sup ke dalam mulutnya.

                “Eh ? Benarkah ? Kalau begitu, aku juga mau ikut. Boleh ‘kan ?” tanya Joe antusias.

                “Tentu” jawab Alice seraya tersenyum lebar.

***

                Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Ujian akhir telah mereka lalui, tetapi hasil ujian akhir masih belum keluar. Kini Amy, Jane, Shannon dan Irene tengah berkumpul di sebuah coffee shop. Mereka tengah menunggu Alice yang masih belum nampak batang hidungnya.

“Maaf aku terlambat. Tadi sepatuku hilang” ujar seorang gadis dengan nafas terengah-engah yang baru saja menghampiri mereka. Keringat mengaliri pelipisnya. Mungkin sebelumnya gadis itu berlari menuju coffee shop ini. Alice mendudukkan dirinya di kursi yang masih kosong sambil mengatur nafasnya.

“Bagaimana bisa ?” tanya Irene tak percaya. Alice jarang sekali kehilangan barang-barang. Terlebih lagi benda yang hilang kali ini adalah sepatu.

“Entahlah” ujar Alice acuh lalu mengambil botol air dingin milik Shannon dan meminumnya.

“Tapi sekarang sudah ketemu ‘kan ?” tanya Shannon memastikan.

Alice memutar bola matanya sembari meletakkan botol minuman Shannon. “Jika masih hilang, apa yang kupakai di kakiku ini ?” ujar Alice kesal seraya menunjuk bagian bawah kakinya yang memperlihatkan bahwa ia tengah mengenakan sneakers birunya.

“Sudah-sudah. Cukup masalah sepatu. Jadi, kita disini untuk membicarakan tentang Amy” tukas Jane cepat. Semua mata kini tertuju pada Amy.

“Ada apa ?” tanya Irene.

“Aku... tak diperbolehkan melanjutkan sekolah oleh ibuku” lirih Amy.

“A-apa ?! Kenapa ?!” tanya Alice dengan nada terkejut.

“Kemarin sore ada surat cinta yang sampai di rumahku. Dan sialnya ibuku yang menerimanya. Ibuku marah dan melarangku sekolah. Ia salah paham berfikir aku berpacaran bukannya belajar di sekolah. Padahal aku sama sekali tak mengenal Rome, si pengirim surat. Aku... tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang” lirihnya.

“Ja-jadi ?” kini Shannon yang angkat bicara dengan nada bergetar.

Amy menghela nafas panjang. “Entahlah. Aku tak tahu. Ibuku masih mendiamkanku sampai pagi ini” ucapnya lirih seraya menatap langit-langit.

“Sial ! Kalau sampai kutemukan seseorang bernama Rome itu, akan kuhabisi dia !” geram Alice dengan tangan terkepal. Sangat jelas terlihat ia sedang menahan amarah.

Amy terlihat mengambil sesuatu di tasnya. Sebuah surat. “Ini suratnya kalau kalian mau membaca” ujarnya seraya menyodorkan surat itu kehadapan Alice, Irene dan Shannon. Mereka bertiga pun berebut untuk membaca surat itu.

Irene dan Shannon seketika memeluk Amy begitu membaca sepintas isi surat tersebut. Sedangkan Alice masih terdiam menatap surat itu.

‘Eh ? Bukannya ini ini logo sekolah elit itu ? Sekolah yang diimpikan Amy ? Apa Amy salah membawa surat ?’ pikir Alice seraya membolak-balik surat tersebut. Ia masih belum menemukan apa yang membuat kedua sahabatnya langsung memeluk Amy. Sedetik kemudian ia menyadari sesuatu.

“Astaga ! Jadi kau mengerjai kami ?!” seru Alice dengan mata berkaca-kaca. Bukan sedih, melainkan haru karena sahabatnya, Amy berhasil mendapatkan beasiswa dari sekolah impiannya. Beberapa bulan lalu, Amy memang mengikuti program beasiswa di sekolah elit itu. Surat yang dibawanya kali ini adalah surat pernyataan bahwa Amy lolos tes dan berhasil diterima disana.

“Aku bangga padamu, Amy” lirih Alice seraya memeluk Amy.

Amy menepuk punggung Alice. “Maaf aku membohongimu. Aku tak mau hanya aku yang dikerjai oleh ibuku, jadi kupikir aku bisa mengerjai kalian dengan bekerja sama dengan Jane” ujarnya seraya terkekeh.

Amy melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata Alice. Ia kemudian menatap sahabat-sahabatnya. “Baiklah, untuk merayakan ini. Aku akan mentraktir kalian cheesecake. Setuju ?” tawar Amy dengan senyum lebar.

“SETUJU !!!” seru  keempat sahabatnya. Mereka lalu tertawa bersama, terlalu bahagia atas yang terjadi hari ini.

***

Waktu berlalu. Mereka semua kini telah berhasil mencapai sekolah impiannya masing-masing. Namun, itu sama sekali tak mengurangi intensitas persahabatan mereka.

Memang benar, ikatan persahabatan mereka sangat kuat. Tetapi jika ada yang berfikir mereka tak pernah bertengkar –disamping pertengkaran kecil seperti yang terjadi ketika Shannon berteriak, itu salah besar. Pernah sekali Alice dan Jane saling diam tanpa menyapa satu sama lain selama beberapa minggu. Mereka berdua memang sama-sama keras kepala. Namun entah bagaimana awalnya, mereka tiba-tiba  berbaikan ketika bahkan tak ada satupun dari mereka yang mengucapkan kata ‘maaf’. Berbeda dengan Amy yang mudah sekali mengucap maaf, Alice dan Jane takkan meminta maaf jika mereka tak merasa bersalah. Namun begitulah, jika memang ditakdirkan untuk bersama, mereka akan tetap mampu menemukan jalan mereka untuk kembali bersatu saat mereka terpisah.

“Ah, aku rindu masa-masa kita dulu bersama” kata Jason lalu memasukkan sekeping potato chips ke dalam mulutnya.

Alice, Irene, Shannon, Jane, Kevin, Jason, Mark, Joe, Elly dan Eric kini tengah berkumpul di sebuah kedai di depan sekolah mereka. Entah kebetulan atau kesengajaan, mereka masuk di sekolah yang sama, dan lagi-lagi mereka harus mencari meja panjang untuk berkumpul.

“Aku rindu ocehan Joshua yang sama sekali tidak penting itu” Alice berucap dengan pandangan menerawang.

“Aku merindukan Amy dan Kris” ucap Jane seraya mengaduk-aduk strawberry smoothienya.

“Kalau Amy, kita masih bisa datang ke rumahnya. Kalau Kris... ah ! mengapa ia harus sekolah di luar kota, sih ?” gerutu Shannon lalu memotong cheesecakenya kasar.

“Hey ! Kris sekolah di luar kota ‘kan untuk kebaikannya juga” sentak Jane.

“Sudah sudah. Kalian tak lelah selalu beradu argumen ?” lerai Elly. “Lice, kau tak berusaha menghentikan mereka ?” kini Elly menoleh Alice yang kini tengah menyeruput sodanya.

“Hm ?” Alice menatap Elly lalu meletakkan sodanya di meja. “Untuk tingkatan ini masih tidak perlu, mereka akan berbaikan beberapa saat lagi. Benar ‘kan ?” kata Alice sambil menyikut lengan Irene.

“Yap. Tunggu saja” kata Irene.

“Aku ada ide !” seru Eric tiba-tiba. Semua pasang mata –termasuk pengunjung kedai lain menatap Eric. Menyadari tatapan terganggu dari pengunjung lain, Alice berdiri lalu membungkukkan badannya memohon maaf atas perlakuan temannya itu.

“Ada apa ?” tanya Mark.

“Besok hari Minggu ‘kan ? Begini, kita ajak anak-anak yang lainnya bertemu. Aku baru ingat Kris berencana pulang kemari, sore ini dia sampai. Bagaimana ?” tanya Eric meminta pendapat teman-temannya.

“Boleh juga. Dimana kita akan bertemu ?” tanya Joe meminta pendapat yang lain.

Cony Cone ! Es krim disana benar-benar lezat, aku pernah mencobanya ! Setelah itu, kita pergi ke Amusement Park, lalu ke Giant Mall, dan berakhir di sekolah lama kita” ujar Shannon berapi-api.

“Usulmu bagus juga.  Yah, hitung-hitung mengenang masa lalu” ujar Jason lalu terkekeh.

“Baiklah. Aku akan kabari Amy, Jennie dan Ray” kata Alice lalu mengeluarkan ponsel dari saku jeansnya.

“Yeah ! Akhirnya kita semua bisa berkumpul lagi. Aku akan kabari Joshua dan Kris” Eric juga mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetikkan kata-kata untuk dikirimkan ke Joshua dan tentunya Kris.

***

Hari yang ditunggu pun tiba. Lima-belas remaja itu menghabiskan waktu mereka dengan penuh kebahagiaan. Terlebih lagi Ray mentraktir mereka ketika di Cony Cone karena hari itu adalah hari ulang tahunnya. Mereka semua melepas kerinduan hari itu juga. Memang, kemajuan zaman membuat mereka tetap bisa berkomunikasi walau dari jarak jauh. Namun, tak ada yang lebih berkesan dibandingkan bertemu langsung.

Sore itu mereka duduk di tepi lapangan voli sekolah lama mereka. Gerbang sekolah memang tak ditutup karena beberapa ekstrakulikuler seperti basket, futsal dan tari sedang dilaksanakan hari itu.

“Hari ini benar-benar luar biasa” kata Ray dengan senyum masih terukir di wajahnya.

“Kau benar. Terlebih lagi aku bisa menghemat pengeluaranku” sahut Jason.

Ray meninju lengan Jason pelan “Dasar kau ini”

“Ayo berjuang !” teriak Shannon tiba-tiba. Entah sejak kapan ia telah berdiri di tengah lapangan seraya mengepalkan tangannya ke udara.

“Shan, sedang apa kau disana ?!” teriak Jenny pada Shannon.

“Kalian kemarilah !” bukannya menjawab Shannon justru menyuruh semua teman-temannya menuju lapangan. Teman-temannya pun hanya menurut. Mereka tahu benar, jika sudah seperti ini, tak ada yang bisa menghentikan Shannon. Jikalau ada yang mau menolak, Shannon pasti akan mengoceh panjang lebar karena merasa tidak diperdulikan. Dalam sekejap mereka semua sudah ada di depan Shannon.

“Jadi begini, tahun lalu kita berjuang keras untuk bisa lulus dengan hasil yang memuaskan agar bisa masuk sekolah favorit. Tahun ini, kita harus berjuang lebih keras agar bisa mencapai perguruan tinggi impian kita. Setuju ?” cerocos Shannon dengan gaya khasnya, bersemangat.

“Hanya itu ? Kalau itu tak perlu kau beritahu. Sudah pasti kita lakukan. Iya kan ?” tanya Alice yang disambut oleh anggukan teman-temannya.

“Bagus kalau begitu. Ayo kita berjuang !” seru Shannon seraya mengepalkan tangannya ke udara lagi.

“AYOOOOO !!!!” teriak yang lainnya mengikuti gaya Shannon.

Setelah itu hening sejenak. Tatapan para anggota ekstrakulikuler basket kini mengarah pada mereka. Menyadari itu, mereka serentak menurunkan tangan mereka, malu. Namun hening itu tak bertahan lama, sedetik kemudian tawa mereka pecah menertawakan tingkah yang baru mereka perbuat.







“Ketika beberapa orang yang memang ditakdirkan bersama suatu hari terpisah, suka-tak-suka mereka akan tetap mampu menemukan jalan mereka kembali entah bagaimana caranya”

-Hafizhah Salsabila-

Jumat, 15 Mei 2015

David Oh Mengakui Dirinya Pernah Naksir Mendiang Kwon RiSe

Pada 7 September 2014, member Ladies’ Code yang cantik dan periang, Kwon RiSe meninggal dunia. Ia berusia 22 tahun saat itu. Temannya, David Oh, merasa berat hati menerima kenyataan tersebut. Ia berkata, “Melihat fotonya di pemakaman, aku bertanya-tanya apakah ini hanya mimpi. Awalnya aku sama sekali tak bisa berpikir. Aku semakin bersedih seiring jalannya waktu, dan hatiku masih dipenuhi dengan kesedihan.”

Seperti yang telah diketahui, David Oh dan Kwon RiSe merupakan kontestan dari MBC “Birth of a Great Star”. Mereka berkompetisi di musim yang sama dalam acara tersebut dan melaju hingga ke sepuluh besar. Keduanya dijuluki “Visual Couple” karena wajah tampan dan cantik mereka.

Selanjutnya, mereka juga tampil dalam “We Got Married” sebagai pasangan virtual, yang cukup mengejutkan karena mereka belum melakukan debut ketika itu. Setelah merilis lagu barunya, “I Know I Know”, ia dengan hati-hati meminta untuk berbicara tentang RiSe. Karena mereka telah bekerja sama dalam “We Got Married”, David Oh mungkin memiliki banyak kenangan yang tak diketahui banyak orang.

David Oh berbicara tentang sesuatu yang mengejutkan. “Aku tertarik dengan RiSe. Sebenarnya aku menyukainya, tetapi tak bisa mengungkapkan hal itu kepadanya. Aku hanya naksir dirinya. Setelah ‘Birth of a Great Star’ berakhir, Son Jin Young bahkan tampil di ‘The Quiz to Change the World’ dan berkata bahwa aku menyukai RiSe. Tetapi aku belajar sesuatu ketika syuting ‘We Got Married’ dengannya. Aku menyukai RiSe tetapi aku bukan seseorang dengan gaya yang ia sukai,” aku sang penyanyi.

Keduanya tetap berteman bahkan ketika acara telah berakhir. David Oh menjelaskan, “Tetapi ketika RiSe melakukan debut dengan grup Ladies’ Code, aku tak bisa menghubunginya. Ia tak punya ponsel. Lebih dari satu tahun berlalu ketika kemudian aku menerima telepon dari RiSe. Ia berkata, ‘Aku punya ponsel baru, ayo bertemu kapan-kapan’. Ketika itu, aku tak tahu bahwa telepon itu menjadi panggilan telepon terakhirku dengannya.”

David Oh merilis lagu debutnya, “I Know I Know” lima tahun sejak penampilannya dalam “Birth of a Great Star”.



Source : soompi

*Jul's opinion*
Ah sumpah ini kisahnya galau banget :'3 Tiba-tiba aku jadi nyesek baper gini T^T Kangen Rise~ u,u Yang tabah, ya, Kak David~/?

Kamis, 26 Februari 2015

Lovelyz Rilis Foto Teaser Spesial Disertai Pesan dengan Tulisan Tangan Para Member


Lovelyz bersiap untuk melakukan comeback dengan merilis foto teaser spesial disertai dengan pesan tulisan tangan para member.


Woollim Entertainment menuliskan melalui akun Twitter mereka pada 26 Februari, “[#Lovelyz] Foto yang belum pernah dirilis sebelumnya dan pesan comeback spesial dari LOVELYZ telah dirilis! LOVELYZ dengan permen karet! ▶ lvlz8.com,” dan merilis foto teaser para member yang tengah meniup permen karet, menampilkan pesona manis dan lucu mereka.

Lovelyz akan melakukan comeback dengan album repackage “Hi~!” pada 3 Maret mendatang.

Baby Soul :

안녕 (Hi~) -> ikuti aku di jalan ini…
LOVELYZ
Karya Baby Soul

Lee Mi Joo :

Semuanya~ Akhirnya Lovelyz kembali akan tampil di TV! Lagi!!
“bersorak~”
Kalian akan memberikan banyak cinta untuk Lovelyz, kan?

[Apakah kalian tahu?? Mijoo sangat…mencintai kalian…]

Yoo Ji Ae :

Hai~!
Bisakah kita bertemu secepatnya?

♥ Lovelyz ♥
-Jiae-

Ryu Sujeong :

Halo aku Ryu Su Jeong Lovelyz ㅎ.ㅎ Berikan banyak cinta untuk album repackage Candy Jelly Love, 안녕(Hi~) ♥Nantikan Lovelyz yang semakin baik ♥

Kei :

Hai~!
Halo~ Ini Kei Lovelyz yang punya aegyo terbaik!
Kami sangat senang dapat bertemu kembali dengan semuanya melalui안녕(Hi~)~ >w< Nantikan Lovelyz yang lebih dewasa dan lebih baik~ Aku cinta kalian ♥.♥

Jin :

Halo semuanya!
Ini Jin Lovelyz.
Kami akan melakukan comeback dengan안녕(Hi~)..
Nantikan ya
Secepatnya

Jeong Ye In :

Halo!! Semuanya~~ ♥
Ini maknae Lovelyz, Jung Ye In!!
“Bisakah kita..bertemu..? //..//”
Hehe.. ㅎ

[KAMI KEMBALI!]

Nantikan kami~ jan~ji~

Secepatnya…^_^

Kim Hyun Joong Mengancam Nona Choi Lewat Sms?

Kim-Hyun-Joong_1424883077_kimhyunjoongtext

Sms antara Kim Hyun Joong dengan nona Choi yang tidak dirilis Dispatch diungkap di siaran 25 Februari SBS ‘One Night of TV Entertainment’.Saat ini, pihak Kim Hyun Joong masih mencoba untuk mengkonfirmasi bahwa bayi itu memang bayi Kim Hyun Joong dan hubungan mereka telah menjadi sorotan publik. Sejauh ini, pihak Kim Hyun Joong menyatakan bahwa mereka telah membuat janji di suatu rumah sakit untuk nona Choi dengan tujuan mengkonfirmasi identitas ayah bayi, namun sebaliknya pihak nona Choi membantah bahwa ia telah setuju untuk datang ke RS tersebut.

‘Dispatch’ telah merilis beberapa sms di antara keduanya sejak bulan September lalu. Namun, di ‘One Night of TV Entertainment’, pengacara nona Choi mengungkap lebih banyak sms. Di antaranya, “Besarkan anak tersebut dengan baik ketika aku sedang wajib militer,” dan yang lebih mengejutkan adalah, “Jika kau selingkuh ketika aku tidak di sini, aku akan membunuhmu.” Mungkin sms tersebut tidak begitu parah, namun mengingat kasus penganiayaan yang pernah dilakukan Kim Hyun Joong, tidak boleh dianggap remeh.

Pengacara menutup dengan penegasan bahwa Kim Hyun Joong tampak sudah yakin bahwa bayi memang anaknya, hanya agensinya masih ragu.

Tonton video-nya berikut ini.





source: allkpop
Indotrans by geevy@koreanindo.net

Nona Choi Ungkap Dirinya Tidak Ingin Menikah dengan Kim Hyun Joong

Perwakilan mantan pacar Kim Hyun Joong mengutarakan bahwa mereka ingin masalah ini cepat selesai.

Perwakilan hukum Choi, Seon Jong Moon dari Sun&Partners mengatakan pada Newsen,


Klien kami (nona Choi) berharap masalah ini segera selesai.

Pengacara tersebut juga mengatakan, “Berat badannya turun 4 kg, dan badan dan pikirannya sangat lelah.

Mengenai posisi nona Choi, Seon Jong Moon menambahkan, “Sampai saat ini, nona Choi tidak ingin menikah (dengan Kim Hyun Joong) dan bersedia untuk membesarkan calon bayi sendiri. Karena ini masalah yang melibatkan keluarga (ayah Kim Hyun Joong), ada beberapa bagian yang sulit untuk diungkap (ke publik),” dan “Sampai saat ini, kami tidak berencana untuk merilis pernyataan lagi.

Nona Choi dan Kim Hyun Joong terus merilis pernyataan resmi melalui pengacara dan agensi, KeyEast, mengenai kehamilan Choi dan rumor pernikahan.

Sebuah media, Dispatch, juga telah merilis pesan teks antara nona Choi, Kim Hyun Joong dan ayah Kim Hyun Joong, mengungkap informasi rumor terkait pernikahan dan rumor bahwa nona Choi dan Kim Hyun Joong telah balikan.



source: mwave

Dispatch Ungkap Sms Antara Kim Hyun Joong dengan Nona Choi + Wawancara Nona Choi

Pada 25 Februari, Dispatch merilis wawancara eksklusif dengan mantan Kim Hyun Joong, nona Choi, yang mengungkap kisah dari pihaknya, dan juga beberapa pesan teks antara Kim Hyun Joong dan dirinya.

Laporan menyatakan bahwa nona Choi sangat paham akan kritikan publik yang ditujukan kepadanya, karena bertemu (kembali) dan hamil dengan pria yang pernah menganiayanya.


Ia berkata, “Siapa yang akan paham? Mereka akan mengatakan bahwa aku gila. Aku tahu.
Hyun Joong tidak sekalipun bertanya apakah aku benar-benar hamil. Ia sangat tahu apakah aku hamil atau tidak. Karena ia sendiri yang berkata bahwa ia pikir ia telah membuat ‘kesalahan’.

———————————(KHJ: Kim Hyun Joong, C: Nona Choi)——————————

7 September 2014

KHJ: Apakah produk kecantikanmu belum habis? Setiap aku naik pesawat, aku hanya melihat barang-barang seperti itu. Kau seharusnya sudah kehabisan produk kecantikan sekarang.

C: Aku punya semuanya. Dan sejak kapan kau peduli akan hal itu.

KHJ: Mengapa kau berkata seperti itu. Ku pikir kau telah menggunakan paket produk kecantikan yang lalu, jadi tiba-tiba itu muncul di pikiranku.

C: Ini bukan waktu dimana kau khawatir tentang produk kecantikanku.

KHJ: Ini bukan apa-apa. Ini tidak sulit dilakukan. Kau rindu padaku, kan?

C: Tidak.

KHJ: Yakin? Tidak 1 persen pun? Aku rindu kamu. Aku pasti gila. Apakah ini akhir? Aku belum mempersiapkan hatiku untuk ini. Aku ingin bertemu denganmu setelah mengatur semua yang ingin aku katakan. Jika ini benar-benar yang terakhir, aku ingin memberimu semua yang belum sempat aku berikan.

C: Tidak tidak apa-apa. Itulah kenyataannya.

KHJ: Aku benar-benar ingin kau bahagia. Sekarang, akan ada hari dimana kita tidak bisa saling menghubungi, kan? Namun sampai saat itu, aku mohon paling tidak tetaplah berkomunikasi denganku.

—————————————————————

Pada 2 September, Kim Hyun Joong dipanggil ke kantor polisi Songpa sebagai tersangka. Kemudian pada tanggal 7 September, ia terbang ke Peru untuk konser, dan mengirimkan sms pada nona Choi ketika di pesawat.

Pada titik ini, saya sudah yakin akan keputusanku,” kata nona Choi. “Ku pikir itu adalah akhir dengan Hyun Joong. Aku menerimanya. Namun…

—————————————————————

7 November 2014

KHJ: Selamat ulang tahun yang ke-31. Ku harap hari ini menjadi hari yang bahagia bagimu, dan semoga kau mendapat banyak ucapan selamat. Aku selalu minta maaf.

C: Bunga, bunga~

KHJ: Kau menyukainya? Apakah kau merasa seperti hari ulang tahunmu?

C: Aku menyukainya. Bunganya cantik. Namun kau tak ada di sini.

KHJ: Aku tidak ada di sana, jadi aku mengirimkannya padamu. Namun, kau masih merasa senang, kan? Orang tuamu mungkin yang menerima bunga tersebut, jadi aku tidak menulis nama pengirim. Katakanlah pada mereka bahwa seorang temanmu yang mengirimkannya.

—————————————————————

Itu adalah hari ulang tahunku. Aku mendapat kue dan bunga dari Pulau Jeju. Ku rasa waktu itulah dimana hatiku sedikit meleleh. Aku berpikiran bahwa aku bisa mencintai Hyun Joong lagi,” jelas nona Choi.

Menurut nona Choi, Kim Hyun Joong terus bertingkah sejak September. “Ia benar-benar dalam keadaan mabuk dan datang ke rumahku dalam kondisi berantakan. Ia menunggu di taman bermain depan rumahku, dan ia bahkan menangis.

Dan laporan menyatakan bahwa Kim Hyun Joong terus seperti itu. Nona Choi mengatakan bahwa Kim Hyun Joong memintanya pada bulan Oktober untuk berada di sisinya supaya ia dapat melalui ini, dan hati nona Choi mulai goyah.

Mengenai pernyataan Key East sebelumnya bahwa keduanya telah putus bulan Desember tahun lalu, nona Choi berkata, “Aku tidak tahu dasar apa yang digunakan Key East untuk melaporkan hal itu. Ku rasa mereka hanya menambah kobaran api. Mereka membuatku tampak seperti wanita matre. Membuat kesalahpahaman dan ketidakpercayaan.

Ia bersikeras bahwa ia setuju untuk diwawancara demi kebaikan bayinya. “Kemarin, berita tampak membuat seolah-olah ada rahasia tentang kehamilanku. Seperti aku tidak hadir di rumah sakit untuk menyembunyikan sesuatu. Aku tidak melakukan itu untuk ‘menyembunyikan’, tapi untuk ‘melindungi’.

—————————————————————

30 November 2014

KHJ: Tampaknya kasus ini tidak berakhir dengan baik, jadi aku akan memutuskan sendiri apa yang akan dilakukan mulai sekarang. Kau hiduplah dengan baik seperti yang kau mau.

C: Oke. Kalau begitu, kita pisah saja dan hidup tanpa mempedulikan satu sama lain.

KHJ: Oke. Kita putus. Ini adalah akhir. Namun, mengapa anjing di lingkungan seperti ini. Aku marah, namun aku tak punya seseorang yang bisa sepikiran denganku, jadi aku memutuskan untuk mengirimkanmu ini. (mengirim foto?) Ini benar-benar lucu.

C: Itu sangat lucu. Apakah kau sudah makan?

KHJ: Aku sedang makan bibimguksu sekarang. Apakah kau punya sesuatu untuk dimakan?

C: Aku sudah makan buah. Bagaimana cuacanya?

KHJ: Hujan telah berhenti dan matahari terbit. Makanlah dengan baik.

—————————————————————

Menurut laporan, nona Choi mengetahui tentang kehamilannya pada 3 Januari, namun tidak mampu untuk memberitahukan kepada Kim Hyun Joong langsung.

Nona Choi mengatakan, “Pada 2 Januari, aku mengalami gejala aneh, dan aku membeli alat tes kehamilan sehari setelahnya. Aku tentu saja terkejut, namun apa yang lebih mengejutkanku adalah bagaimana kelakuan Kim Hyun Joong.

Kami bersama sampai 31 Desember. Dan kami saling mengucapkan selamat tahun baru pada 1 Januari.

Namun pada 2 Januari, menurut nona Choi, Kim Hyun Joong pergi liburan ke Pulau Jeju dengan wanita lain. “Ia berkata itu sudah direncanakan sebelumnya, jadi aku mencoba untuk memahami, dan memaafkan, mengatakan pada diriku sendiri bahwa ia tentu saja bisa berkencan/bertemu seseorang ketika kami telah putus.

Nona Choi memberi tahu tentang bayinya pada Kim Hyun Joong setelah ia kembali dari liburannya pada 5 Januari.

—————————————————————

9 Januari 2015

C: Aku sangat kecewa..

KHJ: Aku juga. Meski itu seharusnya menjadi sesuatu yang membahagiakan, aku kecewa. Maaf.

C: Aku paham bagaimana perasaanmu, namun aku tidak ingin kau merasa seperti itu.

KHJ: Masalah menjadi rumit. Ketika aku kembali dari militer, bayi tersebut akan berusia 2 tahun. Apa yang harus aku lakukan saat itu, dan pikiran-pikiran ini membuatku sedih.

—————————————————————

KHJ: Apakah check-up mu berjalan dengan baik??? Aku sampai di bandara.

C: (mengirim foto USG)

KHJ: Aha, titik itu. Yang hitam.

C: Ya.. Mereka bilang besok-besok bisa mendengar detak jantungnya.

KHJ: Oh gitu.. Makanlah dengan baik, pakai pakaian hangat, dan jangan minum alkohol. Apakah staf rumah sakit mengatakan bahwa kau telah hamil 5 minggu?

C: Ya. Hampir 5 minggu. Aku masih gemetaran dan tidak dapat melanjutkan ini, namun.. Pasti kau juga merasa begitu.

KHJ: Ya.. Aku benar-benar kecewa aku tidak bisa memberimu ucapan selamat. Bahkan di situasi menyakitkan seperti ini.
—————————————————————

10 Januari 2015

KHJ: Ayo beri tahu orang tua kita nanti. Aku telah memikirkannya, dan tetap tidak bisa menerima apa yang sedang terjadi. Pahamilah.

C: Karena kau terus mengubah pikiranmu, jadi sulit bagiku juga.

KHJ: Aku tak pernah mengubah pikiranku. Bukannya aku dapat menghindari militer.. Aku tidak dapat melihat bayiku tumbuh. Pernikahan bukan sesuatu yang kau lakukan sendiri. Kau juga harus memikirkannya kembali.

C: Kau memang tidak akan melihat anakmu tumbuh. Namun aku tidak punya hak untuk mengatakan apapun karena aku berpikiran untuk menggugurkan kandungan ini atau tidak.

KHJ: Apakah aku mengatakan aku akan mengabaikan bayi itu? Aku akan membesarkan bayi itu. Namun bukannya benar jika kau dan aku harus bicara tentang apakah kita harus menikah atau tidak? Aku tidak paham mengapa orang-orang harus menikah hanya karena bayi akan lahir. Jika kita hidup seperti itu, semuanya mungkin akan menjadi lebih tidak senang.

—————————————————————

KHJ: Oke, aku akan menikahimu. Namun, ajukan petisi untukku. Suamimu akan mendapat garis merah.

C: Apa yang kau bicarakan.

KHJ: Jika aku didenda seperti ini, aku akan mendapatkan tanda merah. Jika aku diputuskan bersalah, agensiku bilang aku akan dianggap sebagai kriminal.

C: Kau mengatakan bahwa kau ingin menikah bukan karena aku atau bayi, namun karena kau tidak ingin menjadi kriminal?

KHJ: Tidak, aku berkata bahwa aku akan melakukan yang terbaik untuk bayiku. Aku tidak ingin terlibat dalam situasi seperti ini lagi. Ayo lupakan semua dan mulai dari awal. Aku akan melakukan yang terbaik. Aku akan menikahimu dan membuatmu bahagia.

—————————————————————

19 Januari 2015

KHJ: Aku akan tidur sekarang, namun sebelumnya ada sesuatu yang ingin aku katakan. Aku tahu kau tidak menyukai “K” (nama dirahasiakan). Namun dari sudut pandangku itu sangat memalukan. Bukankah itu keterlaluan untuk mengirim barang wanita lewat pos?

KHJ: Apakah ia (“K”, wanita) waras meninggalkan barang-barang seperti itu di rumah pria? Aku hanya mengirimkan apapun yang ada di rumahmu. Menurutmu apa yang aku rasakan ketika melihat itu?

—————————————————————

Nona Choi melihat barang-barang di tas Kim Hyun Joong yang merupakan milik “K”, wanita yang pergi bersamanya ke Pulau Jeju, dan mengambilnya dan mengirimkan kembali pada “K”, dimana ini membuat Kim Hyun Joong marah.

—————————————————————

18 Februari 2015

KHJ: Bagaimana kabar bayi? Aku ingin tahu.. Ayo bicara ketika aku sampai di Korea. Aku ingin melihat anakku.

C: (Video USG)

KHJ: Aigoo, sudah besar sekarang. Dan sudah bergerak. Apakah rumah sakitnya masih sama? Kirimkan aku yang terbaru.

C: (Foto USG) Video dimana bayi menendang adalah yang terbaru.

KHJ: Bagaimana keadaanmu? Apakah kau di rumah? Jangan bergerak.

C: Apakah kau bisa melihat hidung bayi dari samping?

KHJ: Ya, Aku melihatnya . Ayo bicara.

C: Tangan dan kakinya juga bergerak. Videonya tidak terkirim dengan baik lewat sms.

—————————————————————

23 Februari 2015

Ayah KHJ: Nona Choi. Apapun yang terjadi, jika kita melakukan satu-persatu, tidak akan ada masalah. Jadi jangan khawatir dan datanglah dengan orang tuamu. Konfirmasi kehamilanmu pada kami, dan kemudian cari jalan keluar bersama.

C: Aku sudah mengirimkan konfirmasi kehamilan dan foto USG pada anda pada 14 Februari. Apa yang anda pikirkan bahwa hanya itu yang anda tanyakan? Aku akan menunjukkan pada anda dimanapun.

Ayah KHJ: Aku tidak bisa percaya hanya dengan foto USG. Itu karena kau belum pernah bertindak yang dapat dipercaya kepada kami. Kau tampak seperti memutar balik kata-kataku. Apakah ada alasan untuk itu?

C: Aku tidak pernah ingin (bertemu) dokter itu. Aku takut sesuatu akan terjadi pada bayiku. Anda meminta untuk melihat dokumen, jadi kita bertemu dan aku menunjukkan semuanya padamu. Aku tidak paham mengapa anda masih meragukanku. Ku rasa rumah sakit manapun boleh.

—————————————————————

Aku bertemu ayah (dari Kim Hyun Joong) pada 6 Januari. Pada waktu itu, ia tampak tidak senang mengenai bayi tersebut. Karena Hyun Joong sampai meminta maaf padaku tentang kelakuan ayahnya.

Nona Choi mengatakan orang tua Kim Hyun Joong bersikeras untuk bertemu di Rumah Sakit dan dokter tertentu. “Aku hanya merasa tidak nyaman.

Pada akhirnya aku pergi ke rumah sakit biasaku, dan setelah itu ayah (Kim Hyun Joong) menyerah dan kami sepakat pada suatu rumah sakit dan dokter.

Nona Choi menyatakan bahwa ia tidak memiliki alasan untuk membuktikan kehamilannya pada ayah Kim Hyun Joong, dan bahwa ia ingin segera mengakhiri peperangan ini.

Seperti yang telah aku katakan sebelumnya, Hyun Joong paling tahu tentang; kapan aku hamil, bahwa itu bayinya, dan mengapa aku ingin mengakhiri hubungan ini.

—————————————————————

Nona Choi berkata ia pernah berpikiran ekstrim, namun kemudian bertanya, “Apakah kau pernah mendengar USG? Ada jantung bayi yang berdetak di dalam perutku. Mulai saat ini aku akan menjadi seseorang yang mengurusi ini dan bertanggung jawab.

Ia menjelaskan bahwa ia tidak akan meminta Kim Hyun Joong untuk bertanggung jawab, namun ia tidak akan menghalangi minatnya pada bayi mereka, dan bahwa ia tidak memiliki rencana untuk menikahinya.

Nona Choi menutup dengan pernyataan untuk Key East: “Aku paham apa yang agensi coba untuk lindungi. Namun aku mohon jangan sangkal keberadaanku. Dan jangan tekan aku. Ini bukan untukku, tapi untuk bayi.


source: soompi (1)
Indotrans by geevy@koreanindo.net
(dengan beberapa pengubahan)