Ehem, aku mau curhat (lagi) --"
Eh tapi... Aku lagi ada mood buat bikin FF. Jadilah curhatan ini kubuat semacam cerpen XD
***
8 November 2014.....
Sabtu itu, kelasku mendapatkan tugas membuat kue besar dalam penilaian praktek tata boga. Kelompokku yang beranggotakan Fanzurunni, Ratna, Lutfi, Rahmat, Hasbi, dan aku sendiri memutuskan membuat brownies dan es melon.
Proses pembuatan kue berjalan cukup lancar. Namun, aku merasa seakan tak berguna. Yah, aku hanya ditugaskan membawa margarin dan mencuci peralatan. Oh, anak kecil pun bisa kalau hanya melakukan itu.
Kulihat keadaan di luar kelas. Hujan masih turun deras. Ini sangat dingin, mengapa saat itu kelompokku memilih menu minuman yang dingin, sih ? Ah, sudahlah, tak apa-apa. Mereka kan tak tahu hal ini akan terjadi.
Waktu menikmati hasil praktek-pun tiba. Anak-anak yang lain makan dengan nikmat dan bahagia. Sedangkan aku ? Aku memilih menyimpan jatahku untuk adikku di rumah. Yah, hitung-hitung sebagai ganti karena aku sudah memarahi mereka habis-habisan ketika mereka minum cola-ku tanpa izin, hehehe.
Semua orang sudah menghabiskan makanannya. Kami-pun pulang. Aku memakai sepatuku dan mulai berjalan untuk pulang. Namun suara yang menyebutkan sebuah kalimat menarik perhatianku. Namaku di sebut dalam kalimat itu. Aku pun kembali ke kelas.
"Ya ?" tanyaku memastikan keadaan.
"Oh, ini nah Pijul" Rifa menyambutku seraya menyerahkan taplak meja kepadaku.
Aku langsung mengerti maksudnya. Taplak meja-nya tertinggal. Aku ditugaskan untuk mencucinya karena barang bawaanku untuk tugas ini terlalu sedikit. Ah, baiklah.Hanya mencuci taplak meja bukanlah hal yang berat.
Aku berjalan keluar gerbang sekolah. Aku berdiri di depan sebuah toko. Kulihat jam di ponsel-ku menunjukkan angka 1:47 P.M. Ah, kupikir ini sudah sore. Ternyata masih siang. Mungkin karena mendung, pikirku.
Tuuut.... Tuut....
Nada sambung terdengar hingga akhirnya ibuku mengangkat telefonnya
"Ya, Assalamualaikum" Terdengar suara lembut ibuku di seberang sana
"Waalaikumussalam. Bu, jemput saya. Saya sudah pulang"
"Ah, tunggu dulu ya. Disini hujannya masih deras" Ugh, ini pasti akan sangat lama.
"Oh, baiklah. Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Aku memasukkan ponsel-ku ke saku celana olahraga-ku lalu menghempaskan tubuhku di sebuah bangku dengan kesal. Aku lalu menatap gadis dihadapanku, Grace. Aku mengerutkan dahi. Ini sudah hampir dua jam semenjak bel pulang sekolah berbunyi tetapi ia belum pulang ke rumahnya. Kuputuskan berbasa-basi dulu dengannya.
"Hey, kenapa belum pulang ?"
"Aku belum dijemput"
Grace terlihat kesal sedangkan aku hanya membulatkan bibirku membentuk huruf "O"
"Aku mau jalan kaki. Tapi aku takut. Tak ada yang menemaniku" Lanjutnya.
Aku menolehkan kepalaku menghadap Grace lalu mengernyitkan dahiku. Jalan kaki ? Kurasa itu bukan ide buruk. Aku langsung menawarkan diriku untuk menemaninya.
"Hey, mau jalan kaki denganku ?"
"Hah ?! Benarkah ? Kalau begitu, ayo!"
Aku dan Grace pun mulai berjalan. Baru beberapa langkah, terdengar teriakan menginterupsi langkahku. Ah, itu suara Ridwan.
"Jul! Mau kemana ?!"
"Pulang ! Jalan kaki !" Aku membalas teriakannya
Ridwan memasang wajah kagetnya, sedangkan aku mengangguk yakin lalu meneruskan langkahku.
Aku berjalan di samping grace sambil membawa taplak meja di tangan kananku. Aku mengikuti langkah Grace yang mengambil jalan memutar untuk menyebrang di zebracross. Ugh, dia benar-benar taat peraturan.
Sepanjang perjalanan, aku bercanda dengan Grace. Dia orang yang menyenangkan. Ditengah perjalanan, Ratna yang dibonceng ibunya menyapaku. Ibunya menurunkan kecepatan motornya lalu ikut menolehkan wajahnya menghadapku.
"Lho, Jul ? Kok jalan kaki ?" Ratna menatapku penuh selidik.
"Haha, iya. Di rumahku hujannya deras. Ibuku nanti agak lama jemputnya. Jadi, aku sekalian jalan kaki" Aku tertawa.
Ratna membulatkan mulutnya bersamaan dengan ibunya yang kembali melajukan motornya.
Aku kembali berjalan dengan Grace sambil terus bercanda dengannya. Hingga akhirnya, kami sampai di perempatan depan 'Ganesha Operation'. Disana, aku dan Grace berpisah. Grace mengambil jalan ke kiri untuk mencari angkot, dan aku berjalan lurus untuk meneruskan perjalananku.
Aku terus melangkahkan kakiku hingga bau menyengat menyergap indra penciuman-ku kulihat kendaraan yang berjarak beberapa meter dari tempatku berdiri. Ugh, truk sampah. Aku menahan nafasku ketika melewatinya. Aku kembali bernafas ketika aku merasa sudah melangkah cukup jauh.
Baru sesaat aku menghirup udara segar, bau itu kembali tercium. Oh sial! Kini truk sampah itu tepat berada di depanku. Aku memutar mataku kesal dan mempercepat langkahku agar bisa melewati truk yang melaju pelan itu.
Setiap kali bau itu tak tercium, truk sampah itu pasti akan ada di dekatku beberapa saat kemudian. Ah, aku jadi merasa seperti bermain kejar-kejaran dengan truk sampah. Tunggu, mengapa tidak kubiarkan truk sampah itu pergi dahulu ? Ah, bodohnya aku. Mengapa aku baru menyadarinya.
Akupun memperlambat langkahku menunggu hingga truk sampah itu pergi dari hadapanku. Merasa truk sampah itu sudah cukup jauh, aku pun kembali melangkahkan kakiku. Aku tersenyum lega karena bau tak sedap itu tak mengikuti-ku lagi. Namun.....
BRUKKKK
Tas-ku putus! Aku menundukkan wajahku sambil berdoa semoga tak ada orang yang melihat. Sial! wajahku memerah. Ini sungguh memalukan. Kuangat sedikit wajahku agar tetap bisa melihat jalanan.
Bingo! Di depan sana ada sebuah lapak yang kosong. Aku akan memperbaiki tas-ku disana. Aku mempercepat langkahku agar bisa secepatnya memperbaiki tas-ku.
Sesampainya disana, aku segera membuka kotak pensilku berusaha mencari alat-alat yang sekiranya dapat membantuku. Aku tak menemukan apapun selain beberapa peniti. Ah, baiklah, tak apa-apa, setidaknya ini bisa menahan tas-ku hingga beberapa saat ke depan.
Selesai dengan tas-ku, Aku kembali berjalan hingga aku melewati sebuah gereja yang saat itu cukup ramai. Mungkin sedang ada acara, pikirku. Aku tak begitu peduli. Toh, acara mereka tak ada sangkut-pautnya denganku, bukan ?
Aku terus berjalan hingga akhirnya aku tersadar bahwa aku sudah cukup jauh melangkah. Haha, kau hebat Jule! Baru saja aku tertawa membanggakan diriku, ponsel-ku berdering. Kulihat display name disana
'My Eomma'
Aku mengernyitkan alisku. Ibu ? Aku dengan segera menekan tombol answer
"Assalamualaikum"
"Kamu dimana?!" Terdengar suara yang terdengar menuntut di seberang sana.
Sejenak aku melihat sekelilingku. Ini di depan SLTP YPK.
"Eum... di depan YPK" Jawabku berusaha sesantai mungkin
"Berhenti di sana! Ibu jemput! Ibu di depan Polres sekarang!"
"Eh ? Baiklah..." Jawabku pasrah
Tuut... Tuut... Tuut...
Suara sambungan telefon dimatikan. Aku mengerucutkan bibirku lalu memasukkan ponselku ke dalam sakuku. Aku melipat tanganku sambil menghentak-hentakkan kakiku pelan. Aku bosan. Aku tak suka menunggu.
Yah, sekali-kali melanggar peraturan tak apa kan ? Aku melangkahkan kakiku pelan. Yosh, Jule, kau baru saja melanggar peraturan... Aku mendiamkan kakiku sejenak. Tak terjadi apapun. Aku melangkahkan satu kakiku lagi. Masih aman, tak terjadi apapun.
Akhirnya, aku kembali berjalan terus hingga klakson motor menghentikan langkahku. Ups, itu ibuku. Kulihat sekitarku, nampak tulisan 'SMKN 1' tak jauh lagi. Kurasa aku terlalu jauh melanggar peraturan. Aku hanya memamerkan cengiran-ku lalu menyebrang jalan untuk menghampiri ibuku.
Aku naik motor bersamaan dengan ibuku yang berkata "Kamu naik angkot kah tadi ?"
Aku mengerutkan dahiku.
"Eh ? Enggak kok"
"Tadi ibu ke sekolahmu. Kata temanmu, tadi kamu jalan sama Grace cari angkot"
"Yang cari angkot itu Grace"
"Kamu enggak ?"
"Enggak"
"Oh, yasudah" Ibuku pun menjalankan motornya ke rumah.
Sesampainya di rumah, aku langsung menaruh brownies yang tadi kubawa dan melepaskan tas-ku. Aku lalu menghempaskan tubuhku di tempat tidur.
"Ah, akhirnya sampai..." Aku tersenyum lega.
Kurogoh saku celanaku lalu mengambil ponselku. Tertera "2:36 P.M" disana. Ah, kurasa aku cukup cepat berjalan kaki. Sekitar 47 menit... Hm, tidak terlalu cepat kurasa. Ah, sudahlah, itu tak penting. Yang penting, sekarang aku sudah sampai di rumah dan bisa minum air putih karena air di botolku sudah habis.
-END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar